PENGERTIAN KOTA TUA
Kota tua adalah sebuah kawasan kota rintisan yang dulunya dibangun oleh
Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia. Berada di tengah kepulauan
Indonesia menjadikan
Batavia (Sebutan Jakarta dimasa itu) sebagai pusat perdagangan dari dan keluar negeri menggunakan pelayaran.
MUSEUM YANG BERADA DIKOTA TUA
Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia merupakan museum dimana dulunya tempat ini
merupakan bangunan Bank Indonesia berdiri. Dulunya bank ini didirikan
untuk mendukung jalannya bisnis perdagangan yang difokuskan di kawasan
Batavia (kini Kota Tua).
Museum Bank Indonesia diresmikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009.
Di dalam gedung Museum Bank Indonesia
sendiri kita bisa melihat bagaimana sejarah bangsa Indonesia dimulai
ketika penjajahan, saat orang Eropa datang untuk mendapatkan
rempah-rempah. Di dalam museum juga terdapat koleksi baju-baju tentara
Jepang dengan samurai khasnya, tentara Indonesia lengkap dengan bambu
runcing serta tentara belanda.
Selain koleksi baju tentara, terdapat juga koleksi-koleksi uang zaman dahulu yang disimpan kedalam ruangan khusus koleksi uang.
Terdapat pula miniatur kapal yang pernah digunakan para pelaut kita
di zaman dahulu, lengkap juga dengan teropong serta kompas yang sudah
sangat tua.
2. Museum Fatahilah
Tidak jauh dari Museum Bank Indonesia
terdapat museum Fatahilah. Jaraknya hanya beberapa ratus meter saja,
Anda tinggal menyebrangi jalan dan ambil arah kiri, lurus saja dan
ketika menemukan lapangan besar (lapangan fatahilah) maka tepat didepan
lapangan tersebut terdapat Museum Fatahilah.
Museum ini juga biasa dikenal sebagai
museum Jakarta. Karena didalam museum ini terdapat banyak sekali
peninggalan zaman dahulu yang berkaitan dengan sejarah jakarta, termasuk
didalamnya ada beberapa prasasti dan penjara bawah tanah.
-
Main Sepeda Ontel dan Berphoto di Lapangan Fatahilah
-Berkunjung ke Cafe di Sekitar Lapangan Fatahilah
Disekitar kawasan lapangan fatahilah
terdapat beberapa cafe yang mungkin ingin Anda kunjungi. Keunikan cafe
disini menawarkan suasana sejarah di dekorasi cafe. Cafe seperti Cafe
Historia, Cafe Djakarte, Cafe Bang Kopi dan Cafe Batavia.
Cafe Bang Kopi
Cafe Batavia
Cafe Djakarte
Cafe Historia
3. Museum Wayang
Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama
De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama
De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun
1808
akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas
reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan
pemakaiannya sebagai museum pada
13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari
seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun
bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini,
misalnya dari
Republik Rakyat Tiongkok dan
Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas
wayang kulit,
wayang golek,
wayang kardus,
wayang rumput,
wayang janur,
topeng,
boneka,
wayang beber dan
gamelan.
Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang
berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara
non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan
Kolombia.
Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya.
Pada tanggal 7 November 2003,
PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan.
4. Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jalan Pos Kota No 2, Kotamadya Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Museum yang tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta itu memajang keramik lokal dari berbagai daerah di Tanah Air, dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan dari berbagai negara di dunia.
Gedung yang dibangun pada
12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah
Hindia Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (
Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan
Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun
1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara
KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer
TNI.
Pada
10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta
cagar budaya yang dilindungi. Tahun
1973-
1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh
Presiden (saat itu)
Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada
1990
bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik
yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
Museum ini menyajikan koleksi dari hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga saat sekarang.
Koleksi Seni Lukis Indonesia dibagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan periodisasi yaitu:
- Ruang Masa Raden Saleh (karya-karya periode 1880 - 1890)
- Ruang Masa Hindia Jelita (karya-karya periode 1920-an)
- Ruang Persagi (karya-karya periode 1930-an)
- Ruang Masa Pendudukan Jepang (karya-karya periode 1942 - 1945)
- Ruang Pendirian Sanggar (karya-karya periode 1945 - 1950)
- Ruang Sekitar Kelahiran Akademis Realisme (karya-karya periode 1950-an)
- Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (karya-karya periode 1960 - sekarang)
Untuk Koleksi seni rupa menampilkan patung-patung sepeti Totem
Asmat dan lain-lain.
Sedangkan koleksi keramik menampilkan keramik dari beberapa daerah
Indonesia dan seni kreatif kontemporer. Selain itu ada juga koleksi
keramik dari mancanegara seperti keramik dari
Tiongkok,
Thailand,
Vietnam,
Jepang dan
Eropa dari abad 16 sampai dengan awal abad 20.
5. Museum Bank Mandiri
Museum Bank Mandiri terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat dan merupakan salah satu bagian dari cagar budaya Kota Tua di Jakarta
Berdiri tanggal 2 Oktober
1998.
Museum yang menempati area seluas 10.039 m2 ini pada awalnya adalah
gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji
Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.
Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dinasionalisasi pada tahun
1960
menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan
(BKTN) Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank
Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada
31 Desember 1968,
gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Export import
(Bank Exim), hingga akhirnya legal merger Bank Exim bersama Bank Dagang
Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun menjadi
asset
Bank Mandiri.
Gedung Museum Bank Mandiri (ex-Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM)) dirancang oleh 3 orang arsitek belanda yaitu
J.J.J de Bruyn,
A.P. Smits dan
C. van de Linde. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari
1933 dibuka secara resmi Oleh
C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gedung ex-NHM ini tampak kokoh dan megah dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik
Koleksi museum terdiri dari berbagai macam koleksi yang terkait
dengan aktivitas perbankan "tempo doeloe" dan perkembangannya, koleksi
yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga,
mata uang kuno (numismatik),
brandkast, dan lain-lain.
Koleksi perlengkapan operasional bank "tempo doeloe" yang unik,
antara lain adalah peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator,
mesin pembukuan, mesin cetak, alat pres bendel,
seal press,
safe deposit box
maupun aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertikat deposito,
cek, obligasi, dan saham. Di samping itu, ornamen bangunan, interior
dan furniture museum ini masih asli seperti ketika didirikan.